PROSES FOTOSINTESIS TANAMAN C3
(Makalah Biokimia
Tanaman)
Oleh
Kelompok 2
DIECHA
LIGAYATI FERDIAN (E1A209021)
GALIH
ANGGARA PUTRA (E1A209214)
GYOTI NUSU (E1A209035)
HUDA
RAHMAN HIDAYAT (E1A209203)
JABBARSYAH
I LUBIS (E1A209048)
KHAFID
ZULISTIAWAN (E1A209029)
M. RIFQI IHSANI
(E1A209020)
NOOR
LAILI AZIZA (E1A209015)
RIZA
ADRIANOOR S (E1A209039)
TRY
HARYO SUBAKTI (E1A2092)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBAKRU
2010
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biokimia Tanaman ini tepat pada waktunya.
Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak yang tidak terhingga
yaitu kepada dosen pengajar mata kuliah Biokimia Tanaman yang telah banyak membantu penulis selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang masih
jauh dari sempurna ini.
Penulis sangat
mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun sehingga penulis dapat
memperbaiki makalah yang masih sangat sederhana ini
sehingga menuju kesempurnaan dan juga penulis akan berusaha untuk dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang lebih baik pada waktu yang akan
datang.
Penulis mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan juga penulis berharap
agar makalah ini dapat diterima sebagaimana mestinya. Amin.
Banjarbaru, November 2010
Penulis
PENDAHULUAN
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh suatu
tumbuhan adalah kemampuan untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk
dibentuk menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh dari suatu
tanaman. Pada peristiwa ini hanya dapat terjadi apabila jika ada cukup cahaya
dan oleh karena itu, maka asimilasi zat karbon itu dapat disebut dengan
fotosintesis. Secara lengkapnya itu dapat dikatakan bahwa fotosintesis atau
asimilasi zat karbon merupakan suatu proses dimana zat-zat organik H2O
dan CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan
bantuan dari sinar matahari (Salisbury, 1980).
Energi yang dipakai oleh seluruh organisme hidup
(tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) di bumi berasal dari matahari,
yaitu melalui penyerapan energi cahaya lalu dikonversi menjadi energi kimia
pada pada proses fotosintesis. Fotosintesis juga bisa merupakan suatu mekanisme
penyusunan energi pada tanaman berklorofil dengan bantuan cahaya melalui reaksi
oksidasi-reduksi.
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan
C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan
tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer
tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai,
kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari
atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses asimilasi. Pada tanaman
C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk
pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal asimilasi,
juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi (fotorespirasi
adalah respirasi, proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan
hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir
ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan
CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan asimilasi akan bertambah besar.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada
tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi
antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya asosiasi awal ini adalah di sel-sel
mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah
sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke
sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan
phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya
konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan
untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil, PEP mempunyai
daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2
di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi, laju assimilasi tanaman C4 hanya
bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2. Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di
atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan
CO2 yang berlebihan.
Contoh tanaman C3 antara lain kedele,
kacang tanah, kentang, dan lain-lain sedangkan contoh tanaman C4 adalah jagung,
sorgum dan tebu.
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya
dan sintesis yang berarti menyusun. Jadi, fotosintesis diartikan sebagai suatu
penyusunan senyawa kimia kompleks (organik) yang memerlukan energi cahaya alami
yaitu matahari. Proses ini dapat berlangsung di dalam pigmen sel tertentu
dengan bahan CO2 dan H2O (Dwidjoseputro, 1980).
Fotosintesis seringkali disebut sebagai asimilasi karbon
dan diwakili oleh rumus tradisional.
Cahaya Matahari
6 CO2 + 6H2O
6 O2 + C6H12O6
Klorofil Gula
Hektosa
Sekarang ini, rumus ini dimodifikasi seperti berikut ini:
Cahaya Matahari
6 CO2 + 6H2O
6 O2 + 6 H2O + C6H12O6
Klorofil Gula Hektosa
Selama proses fotosintesis
energi cahaya matahari dikonversi ke dalam energi kimia dan disimpan dalam
bahan organik yang biasanya berupa karbohidrat dan bersama O2 menjadi akhir produksi dari fotosintesis.
Satu molekul glukosa (C6H12O6) mengandung
sekitar 686 Kkal (2868 kJ) dalam bentuk energi (V.K. Jain, 1999).
Percobaan yang pertama-tama
dirancang untuk menyelidiki sifat fotosintesis ialah yang dilaporkan oleh
seorang dokter Belanda yang bernama van Helmont pada tahun 1648. Beberapa tahun
sebelumnya, van Helmont menempatkan 200 pon tanah di dalam pot besar yang telah
dikeringkan dalam tungku. Kemudian tanah itu dibasahi dengan air hujan dan di
dalamnya ditanam pucuk tanaman “willow” seberat lima pon. Lalu pot tersebut
dimasukkan ke dalam tanah dan menutupi tepinya dengan plat besi yang
berlubang-lubang. Lubang-lubang itu memungkinkan air dan udara mencapai tanah
tetapi mengurangi kemungkinan debu terhembus ke dalam pot dari luar. Selama
lima tahun van Helmont menyirami tanamannya dengan air hujan atau air suling.
Pada akhir masa tersebut, dengan hati-hati pohon muda itu diangkat dan
ditimbang, ternyata beratnya menjadi 164 pon 3 ons (berat ini tidak mencakup
berat daun yang berguguran selama empat musin rontok). Kemudian tanahnya
dikeringkan lagi dan ternyata beratnya hanya berkurang 2 ons dari berat semula.
Mengetahui fakta ini, van Helmont berteori bahwa penambahan berat pohon willow
itu hanya berasal dari airnya. Dia tidak mempertimbangkan kemungkinan gas-gas
di udara dapat juga terlibat (Kimball, 1992).
Bukti pertama bahwa gas-gas
turut serta dalam fotosintesis dilaporkan Joseph Priestley pada tahun 1772. Dia
mengetahui bahwa jika lilin yang menyala ditempatkan dalam ruangan yang ditutup
rapat-rapat akan segera mati. Jika kemudian seekor tikus dimasukkan ke dalam
ruangan itu maka akan segera mati lemas, karena proses pembakaran telah
menghabiskan oksigen di udara, gas yang sama yang amat diperlukan oleh
pernafasan hewan. Akan tetapi, Priestley mengetahui bahwa jika tanaman
ditempatkan dalam atmosfer yang kekurangan oksigen, maka segera akan mengisinya
kembali dengan oksigen, dan seekor tikus dapat bertahan hidup dalam campuran
yang dihasilkan. Priestley menduga bahwa hal itu hanyalah karena pertumbuhan
tanaman tersebut. Ingen-Housz, seorang dokter bangsa Belanda, pada tahun 1778
menemukan bahwa akibat yang diamati Priestley tersebut hanya dapat terjadi bila
tanaman itu diterangi. Tanaman yang disimpan dalam ruangan tertutup rapat dan
gelap menghabiskan oksigen sebagaimana yang dilakukan tikus atau lilin tadi
(Kimball, 1992).
Tanaman
C3 dalam fotosintesis C3 berbeda dengan C4, pada C3 karbon dioxida masuk ke
siklus calvin secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen.
Tanaman C3 mempunyai suatu peran penting dalam metabolisme, tanaman C3
mempunyai kemampuan fotorespirasi yang rendah karena mereka tidak memerlukan
energi untuk fiksasi sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan 20 % carbon dalam
siklus calvin karena radiasi, tanaman ini termasuk salah satu group phylogenik.
Konsep dasar reaksi gelap fotosintesis siklus Calvin (C3) adalah sebagai
berikut CO2 diikat oleh RuBP untuk selanjutnya dirubah menjadi senyawa organik
C6 yang tidak stabil yang pada akhirnya dirubah menjadi glukosa dengan
menggunakan 18 ATP dan 12 NADPH. Siklus ini terjadi dalam kloroplas pada bagian
stroma. Untuk menghasilkan satu molekul glukosa diperlukan 6 siklus C3.
Tumbuhan
tingkat tinggi umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk yang
dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang diperlukannya. Senyawa organik
yang baru adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau untuk diubah
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang pada selanjutnya akan
digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi suatu glukosa. Glukosa yang
digunakan bila tidak segera diangkut maka akan mengalami proses kondensasi
hingga menjadi amilum yang dapat disimpan dalam plastida (Kimball, 1992).
PEMBAHASAN
Fotosintesis
Proses fotosintesis pada tanaman C3 melibatkan 2 tahap:
Tahap I: reaksi terang (reaksi tergantung cahaya),
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Reaksi ini terdiri dari
fotosintesis dan fotofosforilasi.
Tahap II:
siklus Calvin (gelap), merakit molekul
gula, terdiri dari reaksi termokimia dan reaksi fiksasi CO2 (Sukarno,
1995).
Reaksi Terang
Perubahan energi cahaya menjadi energy kimia
menghasilkan ATP (Adenosin trifospat) dan NADPH (Nikotiamid adenine
dinukleotida fospat tereduksi). ATP pada fotosintesis terbentuk oleh proses
fotofosforilasi, sedangkan NADPH terbentuk oleh proses fotoreduksi.
Fotofosforilasi:
ADP + Pi ATP
cahaya
Fotoreduksi
NADP+ +H2O NADPH + H+ + ½ H2O
Cahaya diserap oleh dua fotosistem,
suatu molekul klorofil a yang berasosiasi dengan protein dalam tilakoid.
Fotosintesis memerlukan interaksi 2 kelompok fotosistem, fotosistem I dan
fotosistem II, karena terbukti efisien fotosisntesis lebih tinggi bila
digunakan 2 sinar bersamaan (Emerson Effect).
Fotosistem I: pusat
aktif pigmen klorofil a703 P700
Fotosistem II: pusat
aktif pigmen klorofil a682 P680
Mekanisme cahaya mengaktifkan
fotosintesis:
Cahaya mempunyai energy yang
disebut foton. Ketika molekul pigmen menyerap foton, electron tereksitasi.
Keadaan tereksitasi sangat tidak stabil cenderung kembali ke keadaan semula (ground state). Pada saat kembali ke ground state terdapat energy yang
dibebeskan. Energi tersebut dapat berupa panas, flourusensi, atau dapat
digunakan untuk aktivitas metabolisme. Di dalam tanaman, kloroplas meneruskan
elektrok tereksitasi ke molekul tetangganya yang disebut aseptor electron
primer (ini tahap fotosintesis). Molekul yang mengeluarkan electron tereksitasi
adalah klorofil a. Pada reaksi cahaya, rangkaian pemindahan electron
menghasilkan ATP, NADPH, dan oksigen (O2). Pengangkutan electron ini dapat
terjadi secara non siklik dan siklik. Aliran electron secara tidak langsung
akan menginduksi pembentukan ATP dan NADPH.
Mekanisme pembentukan ATP
mengikuti cara chemioosmosis coupling
(osmosis kimia berpasangan), yang terjadi karena adanya proses yang berpasangan
antara aliran proton dan aliran electron.
Aliran electron dalam
kloroplas menghasilkan energy, energy tersebut digunakan untuk mengaktifkan
angkutan ion H+ dari satu membrane ke sisi lain. Dalam kloroplas, pembawa memindahkan
ion H+ melewati membrane tilakoid dari stroma ke ruang tilakoid. Ini
menyebabkan perbedaan konsentrasi H+ di membrane, [H+] di dalam ruang tilakoid
lebih tinggi dari[ada di luarnya. Perbedaan ini menyebabkan pengaliran ion H+
dari ruang tilakoid kembali ke luar. Aliran proton ini mnghasilkan energy untuk
mengaktifkan enzim ATPase. Melalui fosforilasi dengan bantuan ATPase, ADP
diubah menjadi ATP.
ADP + Pi ATP + H2O + kalori
ATP ase
Fungsi ATPase yaitu:
-
Pada keadaan tidak ada energy berfungsi
untuk penguraian ATP
-
Pada keadaan ada energy
berfungsi untuk pembentukan ATP.
Reaksi cahaya pada fotosintesis dapat
diringkas:
2H2O + 2NADP+ +
(ADP)n + (Pi)n (ATP)n + 2NADPH + 2H+ + O2
Secara ringkas, pada
tahap I tanaman hijau melalui apparatus fotosintesis:
1.
Menyerap emerge cahaya tampak.
2.
Mengemas energy cahaya sebagai
energy ikatan.
3.
Merubah kekuatan energy dalam
bentuk energy tinggi yaitu ATP dan NADPH.
Fiksasi Karbondioksida
Melvin Calvin bersama beberapa
peneliti pada universitas calivornia berhasil mengidentifikasi produk awal dari
fiksasi CO2. Produk awal tersebut adalah asam 3-fosfogliserat atau
sering disebut PGA, karena PGA tersusun dari 3 atom karbon.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
tidak ada senyawa dengan 2 atom C yang terakumulasi. Senyawa yang terakumulasi
adalah senyawa dengan 5 atom C yakni Ribulosa – 1.5 – bisfosfat (RuBP). Reaksi antara CO2
dengan RUBP dipacu oleh enzim ribulosa bisfosfat karboklsilase (RUBISCO).
Rubisco adalah enzim raksasa yang berperan sangat penting dalam reaksi
gelap fotosintesis tumbuhan. Enzim inilah yang menggabungkan molekul
ribulosa-1,5-bisfosfat (RuBP, kadang-kadang disebut RuDP) yang memiliki
tiga atom C dengan karbondioksida menjadi atom dengan enam C, untuk kemudian
diproses lebih lanjut menjadi glukosa, molekul penyimpan energi aktif utama pada tumbuhan.
Fotorespirasi
Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang
dibangkitkan oleh penerimaan cahaya yang diterima oleh daun. Diketahui pula
bahwa kebutuhan energi dan ketersediaan oksigen dalam sel
juga mempengaruhi fotorespirasi. Walaupun menyerupai respirasi (pernafasan)
biasa, yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen, mekanisme respirasi karena
rangsangan cahaya ini agak berbeda dan dianggap sebagai proses fisiologi tersendiri.
Proses yang disebut juga "asimilasi cahaya
oksidatif" ini terjadi pada sel-sel mesofil daun dan diketahui
merupakan gejala umum pada tumbuhan C3, seperti kedelai
dan padi.
Lebih jauh, proses ini hanya terjadi pada stroma dari kloroplas,
dan didukung oleh peroksisom dan mitokondria.
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang
dari jalur glikolat. Enzim utama yang terlibat
adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis,
Rubisco
(ribulosa-bifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif,
sisi karboksilase yang aktif pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif
pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan
substrat
yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP),
dan juga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium
dan derajat keasaman (pH) sel. Dengan demikian
fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi yang tidak
disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energi.
Jika kadar CO2
dalam sel rendah (misalnya karena meningkatnya penyinaran dan suhu sehingga
laju produksi oksigen sangat tinggi dan stomata menutup), RuBP
akan dipecah oleh Rubisco menjadi P-glikolat dan P-gliserat (dengan melibatkan satu molekul
air menjadi glikolat dan P-OH).
P-gliserat (P dibaca "fosfo") akan didefosforilasi oleh ADP sehingga
membentuk ATP.
P-glikolat memasuki proses agak rumit menuju peroksisoma, lalu mitokondria,
lalu kembali ke peroksisoma untuk diubah menjadi serin, lalu gliserat.
Gliserat masuk kembali ke kloroplas untuk diproses secara normal oleh siklus Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat
(G3P).
Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan
sepakat bahwa fotorespirasi merupakan penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi,
proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri masa lampau (relik). Atmosfer pada masa lampau mengandung
oksigen pada kadar yang rendah, sehingga fotorespirasi tidak terjadi seintensif
seperti masa kini. Fotorespirasi dianggap bermanfaat karena menyediakan CO2
dan NH3
bebas untuk diasimilasi ulang, sehingga dianggap sebagai mekanisme daur ulang
(efisiensi). Pendapat lain menyatakan bahwa fotorespirasi tidak memiliki fungsi
fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino
tertentu (serin
dan glisin)
maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena fotooksidasi.
Karena tidak efisien, sejumlah tumbuhan mengembangkan
mekanisme untuk mencegah fotorespirasi. Untuk menekan fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan
strategi ruang dengan memisahkan jaringan yang melakukan reaksi terang (sel
mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung pembuluh, atau bundle sheath).
Sel-sel mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi yang diambil tumbuhan CAM bersifat
waktu (temporal), yaitu memisahkan waktu untuk reaksi terang (pada saat
penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam hari).
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Yang membedakan tanaman C3 dan C4
adalah cara mereka mengikat CO2 dari
atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses asimilasi.
2.
Pada tanaman C3, enzim yang
menyatukan CO2 dengan RuBP dalam proses awal asimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang
bersamaan untuk proses fotorespirasi. Jika konsentrasi CO2 di atmosfir
ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan
CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Jain, V.K. 1999. Fundamentals
of Plant Physiology. S. Chand &
Company LTD:
New Delhi
Kimbal, W. John. 1992. Biologi
Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Mayang. 2009. Fiksasi Karbondioksida Pada Tanaman C3, C4
dan CAM. http://mayangx.wordpress.com/2009/04/08/fiksasi-karbondioksida-pada-tana
man-c3-c4-dan-cam. Diakses pada hari Senin tanggal 1 November 2010.
Salisbury, Frank B, Cleon W. Ross. 1980. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.