BAB
I PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Tanaman
budidaya yang ada sekarang ini berasal dari hasil seleksi manusia yaitu dengan
memilih jenis yang dapat dimanfaatkan terutama untuk dimakan dan tidak
membahayakan dalam kesehatan. Jenis tanaman yang telah terseleksi tersebut
(jenis unggul) akan banyak berfaedah kalau disertai dengan metode yang tepat
untuk memperbanyaknya. Metode perbanyakan yang kurang benar akan menghasilkan
generasi baru dengan potensi hasil tidak seperti yang diharapkan oleh penanamannya.
Perbanyakan tanaman bukan hanya mencakup penyediaan tanaman saja, namun juga
upaya untuk mengkonversasi sumber genetik serta mendapatkan keturunan tanaman
dengan potensi produksi yang tinggi.
Perbanyakan tanaman berarti
pengulangan dan penggandaan jenis tanaman, sehingga terciptanya generasi baru.
Secara eksplisit mengandung makna agar suatu tanaman terhindar dari kepunahan
atau mencegah terjadinya erosi genetik. Punahnya suatu individu menyebabkan
munculnya kekuatan baru yang mungkin sukar dicari penangkalnya. Kejadian ini
sering terlihat pada letupan populasi hama dan penyakit tanaman. Selain itu
karena adanya penebangan hutan dan penambangan hasil bumi yang mengakibatkan
semakin berkurangnya ragam jenis tumbuhan. Kelestarian ragam genetik tanaman harus
dijaga dari kepunahan. Keragaman genetik merupakan modal dasar dalam penciptaan
jenis tanaman baru yang mempunyai nilai lebih, misalnya lebih toleran terhadap
lahan kering, lahan masam, lahan alkali, jenis lahan yang bermasalah, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit serta produksi tinggi dan lain-lain.
Setiap mahluk hidup baik tumbuhan
ataupun hewan di dunia ini mempunyai kecendrungan untuk melangsungkan
keturunannya agar tidak punah dengan cara memperbanyak diri. Secara alamiah
sebenarnya tanaman dapat memperbanyak diri tanpa campur tangan manusia, seperti
biji buah-buahan yang jatuh ketanah dapat tumbuh dengan sendirinya, atau
tunas-tunah umbi dari pohon pisang dan jenis umbi-umbian lain dapat tumbuh
menjadi tanaman baru. Spora yang lepas dari berbagai tanaman paku-pakuan dapat
pula tumbuh jika kondisi lingkungannya cocok. Namun, berkat kemajuan di bidang
teknologi pertanian, kini telah ditemukan berbagai cara perbanyakan tanaman,
mulai cara yang paling sederhanaseperti pengambilan dan pemilihan benih
kemudian ditebarkan menjadi tanaman-tanaman baru hingga cara perbanyakan
tanaman yang rumit.
Secara garis besar perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan tanaman secara
generatif dan vegetatif. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada bahan
yang digunakan untuk perbanyakan. Perbanyakan tumbuhan secara generatif
menggunakan biji sebagai bahan tanam. Biji dalam hal ini adalah benih, yaitu
biji yang telah dipilih untuk digunakan sebagai bahan tanam selanjutnya.
Sedangkan perbanyakan tumbuhan secara vegetatif menggunakan bahan tanaman
selain biji. Pada umumnya bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun
digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Pemilihan dua cara ini (seksual dan
aseksual) sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu tersedianya bahan tanaman,
sifat tanaman, ketersediaan tanaman terampil, alat dan sarana, serta tujuan
perbanyakannya.
Tujuan dilaksanakannya praktikum
perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif ini adalah agar praktikan
(mahasiswa) dapat mengetahui aplikasi tentang perbanyakan tanaman pada tanaman
buah-buahan, tanaman hias, ataupun tanaman perkebunan, serta cara pelestarian
flasma nutfah tanaman asli Kalimantan selatan.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara
perbanyakan tanaman sangat beragam. Mulai dari yang sederhana sampai yang
rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Hal ini
semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang
kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan kerja, dan
sebagainya.
Perbanyakan
generatif yang digunakan untuk perbanyakan adalah biji. Biji-biji ini biasanya
sengaja disemaikan untuk menjadikan tanaman baru. Namun yang dilakukan bisa
juga tanpa sengaja. Biji-biji yang dibuang begitu saja, oleh alam ditumbuhkan
untuk menjadi tanaman baru. Tentu saja tanaman baru “hasil buangan” ini bisa
jadi bibit. Dengan catatan tanaman itu diketahui dengan persis jenis tanaman
itu dengan segala sifat-sifat kelebihannya. Ini untuk menghindarkan agar kita
tidak kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah misalnya. Tanaman yang telah
ditanam dan pelihara selama bertahun-tahun ini ternyata rasa buahnya sangat
masam. Untuk menghindari kejadian seperti inilah kita perlu tahu persis jenis
tanaman itu. Contohnya saja perbanyakan tanaman biji durian. Biji durian
ditumbuhkan dalam polybag hingga menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan
tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan tanaman ini dapat
dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, bisa dilakukan dengan cara
paling sederhana seperti stek, cangkok, merunduk, dan lain-lain, hingga cara
yang paling rumit, misalnya perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan.
Tetapi perbanyakan tanaman secara kultur jaringan ini memerlukan kecermatan dan
ketelitian yang tinggi, selain itu harus dilakukan di laboratorium dalam
keadaan suci hama (steril). Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan
tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu,
tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan
berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam
jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat
menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkok
atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara massal sebaiknya dilakukan
dengan stek. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek dan
tingkat keberhasilannya sangat kecil. Terlebih jika dilakukan oleh para hobiis
atau penangkar pemula.
Keunggulan
cangkok adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu,
tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat pohon induknya. Namun,
tanaman hasil cangkok memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan
tidak kompak, serta produktivitas buahnya terbatas. Selain itu, tanaman hasil
cangkok tidak memiliki sistem perakaran yang kuat karena tidak memiliki akar
tunggang, dan serabut-serabut akarnya juga tidak rimbun. Akibatnya tanaman
mudah roboh saat tertiup angin kencang, dan tidak kuat menghadapi kekeringan
pada musim kemarau. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan
yang batangnya berkayu seperti mangga, jeruk, jambu biji, jambu air, belimbing
manis, lengkeng serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar, dan kemuning.
Sementara itu, dengan cara yang berbeda, beberapa tanaman tidak berkayu seperti
salak, pepaya dan beberapa jenis tanaman hias seperti dieffenbachia dan
aglonema juga dapat diperbanyak dengan cangkok.
Perbanyakan
dengan stek batang adalah metode yang paling umum digunakan untuk menyebarkan
banyak tanaman hias berkayu. Batang stek semak favorit banyak cukup mudah untuk
akar, contohnya Puring. Sebagai tanaman hias yang punya potensi dan penggemar
yang luas ternyata merupakan jenis tanaman hias yang bisa diperbanyak dengan
mudah. Dari batang keras yang dimiliki, metode stek dan cangkok menjadi yang
paling mudah untuk dilakukan dalam perbanyakan tanaman hias ini. Selain punya
waktu yang relatif singkat hasil perbanyakan juga 100 % sama dengan indukan.
Tanaman
hias dengan batang keras seperti halnya puring memang bisa tumbuh dengan
mengandalkan penyerbukan alami. Namun butuh waktu yang cukup lama dan juga biji
yang dihasilkan tidak bisa stabil kadang banyak dan sedikit. Dan yang utama
hasil anakan dari biji punya kemungkinan besar tidak sama dengan indukan Dari model penyerbukan normal yang butuh
waktu lebih lama lama ini sekarang banyak ditinggalkan oleh petani dan juga
pengusaha tanaman hias. Pasalnya semakin lama perbanyakan tentu semakin lama
keuntungan yang bisa diambil. Jadi cara tercepat dan teraman yang akan diambil
dengan model cangkok maupun stek.
Cara
kerja stek maupun cangkok sebenarnya adalah menumbuhkan akar sebagai serapan
nutrisi pada bagian yang diinginkan. Metode ini hampir semua tanaman hias yang
mempunyai batang keras atau berkayu bisa melakukannya namun dengan karakter
yang berbeda.
Agus
Choliq pengusaha tanaman hias Pemilik Krokot Nursery yang mengkoleksi puring
mengakui menggunakan metode stek dan cangkok dalam melakukan perbanyakan
tanamannya. Sedangkan untuk penyerbukan alami dirinya melakukan hanya untuk
proses penyilangan. Harapannya bisa menghasilkan satu jenis baru yang baik.
Dengan naiknya pamor puring saat ini otomatis proses perbanyakan harus lebih
cepat dan evisien sebagai konsekuensi permintaan pasar yang meningkat. Puring
yang mempunyai batang keras mempunyai karakter yang berbeda dengan tanaman hias
lainnya dengan karakter batang lunak. Bila di sejajarkan maka perbanyakan
puring sama dengan tanaman yang sering kita lihat di sekitar kita dan yang
paling mudah di dapatkan adalah tanaman buah.
Biasanya,
batang stek spesies pohon yang lebih sulit untuk menjadi akar. Namun, stek dari
pohon seperti Myrtles kain sutera, beberapa elm, dan Birches bisa berakar.
BAB
III. METODE
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum
perbanyakan tanaman, yaitu :
1. Perbanyakan secara Generatif
a.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tanah, Pupuk kandang, Sekam Padi, Biji
Durian, dan Polybag.
b.
Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Cangkul.
2. Perbanyakan secara Vegetatif
(Cangkok dan Stek)
a.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum secara cangkok adalah Sabut kelapa, Tanah, Sekam
Padi, dan Tanaman (pohon) kupu-kupu.
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum secara stek adalah Tanah, Kompos, Sekam padi,
Polybag, dan Tanaman (Hias) Puring.
b.
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum cangkok adalah Pisau/cutter, Tali, dan penggaris.
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum stek adalah Gunting pangkas, dan Cangkul.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Rumah
Kaca dan Taman Gedung Serbaguna Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Pertanian UNLAM Banjarbaru, setiap hari senin tanggal 7 Maret 2011 sampai 19
Mei 2011 pukul 16.00-17.30 WITA.
Praktikum perbanyakan secara
generatif (biji) pada hari senin tanggal 21 Maret 2011, Praktikum perbanyakan
secara vegetatif cangkok pada hari senin tnggal 31 Maret 2011, dan Praktikum
perbanyakan tanaman secara stek pada hari senin tanggal 25 April 20011.
Posedur
Kerja
1.
Perbanyakan
secara Generatif
·
Siapkan alat dan bahan.
·
Siapkan media tanam dengan menggunakan
Tanah, Pupuk kandang, dan Sekam padi dalam perbandingan 2:1:2, kemudian homogenkan
dengan merata dan masukkan kedalam polybag hingga penuh (5 buah polybag).
·
Masukkan Biji durian kedalam polybag
yang telah terisi media.
·
Lakukan perawatan setiap hari, seperti
penyiraman dan penyiangan media dari gulma.
·
Amati dan catat pertumbuhan biji setiap
minggu.
2.
Perbanyakan
Tanaman secara Vegetatif
a.
Cangkok
·
Siapkan Alat dan Bahan
·
Pilih batang atau cabang pada tanaman
(pohon) Kupu-kupu yang baik digunakan untuk pencangkokan.
·
Buat keratan sebanyak 2 buah (atas dan
bawah) dengan jarak ± 5 cm pada cabang pohon yang sudah dipilih.
·
Lakukan pengangkatan kulit cabang
diantara 2 keratan, sehingga terlihat kambiumnya. Kemudian kerik kambium secara
perlahan-lahan menggunakan pisau hingga cabang yang sudah dikerik kering.
Pastikan kambium benar-benar kering, karena kambium dapat menghambat
pertumbuhan akar. Diamkan hingga ± 1
minggu.
·
Setelah ± 1 minggu, sayatan tadi ditutup
dengan tanah dan dibungkus dengan sabut kelapa, lalu ikat setiap ujungnya
dengan tali. Biarkan hingga hasil cangkokan mengeluarkan akar.
·
Amati dan catat pertumbuhan cangkokan setiap minggu.
b.
Stek
·
Siapkan Alat dan Bahan
·
Siapkan media tanam dengan menggunakan
Tanah, kompos, dan Sekam padi dalam perbandingan 2:1:2, kemudian homogenkan
dengan merata dan masukkan kedalam polybag hingga penuh (20 buah polybag)
·
Pilih batang atau cabang tanaman Puring
yang baik digunakan untuk stek (minimal pemotongan menghasilkan 3 mata tunas)
·
Potong bagian batang atau cabang yg
sudah dipilih secara miring, dan pangkas sebagian daunnya.
·
Cucu bersih di air yang mengalir.
·
Tanam batang atau cabang yang sudah
dipotong di media yang telah disediakan.
·
Lakukan perawatan setiap hari, seperti
penyiraman dan penyiangan media dari gulma.
·
Amati dan catat pertumbuhan stek setiap
minggu.
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Biji Durian
No.
|
Hari
Ke-
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Respon
Pertumbuhan Tanaman
|
1
|
1-7
|
-
|
Tidak
ada pertumbuhan
|
8-14
|
-
|
Biji
tanaman membelah dan hampir mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)
|
|
15-21
|
-
|
Biji
tanaman mengeluarkan tunas
|
|
22-28
|
3
|
Tunas
tumbuh membesar keatas permukaan tanah
|
|
29-35
|
7
|
Tunas
tumbuh membesar dan semakin tinggi
|
|
36-42
|
10
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman
|
|
42-49
|
13
|
Batang
tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun
|
|
2
|
1-7
|
3
|
Biji
tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)
|
8-14
|
5
|
Tunas
tumbuh membesar keatas permukaan tanah
|
|
15-21
|
10
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanman
|
|
22-28
|
15
|
Batang
tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun
|
|
29-35
|
18
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
42-49
|
24
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
3
|
1-7
|
3
|
Biji
tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)
|
8-14
|
5
|
Tunas
tumbuh membesar keatas permukaan tanah
|
|
15-21
|
8
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman
|
|
22-28
|
10
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman
|
|
29-35
|
14
|
Batang
tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun
|
|
36-42
|
18
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
42-49
|
20
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
4
|
1-7
|
3
|
Biji
tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)
|
8-14
|
5
|
Tunas
tumbuh membesar keatas permukaan tanah
|
|
15-21
|
8
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman
|
|
22-28
|
10
|
Tunas
tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman
|
|
29-35
|
15
|
Batang
tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun
|
|
36-42
|
18
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
42-49
|
21
|
Pertumbuhan
batang dan daun tanaman durian tumbuh
baik
|
|
5
|
1-7
|
-
|
Tidak
ada pertumbuhan
|
8-14
|
-
|
Biji
tanaman membelah dan hampir mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)
|
|
15-21
|
2
|
Biji
tanaman mengeluarkan tunas
|
|
22-28
|
3
|
Tunas
tumbuh membesar keatas permukaan tanah
|
|
29-35
|
3
|
Pertumbuhan
tunas tidak baik
|
|
36-42
|
5
|
Pertumbuhan
tunas tidak baik
|
|
42-49
|
6
|
Pertumbuhan
tunas tidak baik
|
Tabel
2. Hasil Pengamatan pertumbuhan Tanaman (pohon) Kupu-kupu secara cangkok
Hari
Ke-
|
Tanaman (Pohon)
|
Respon
Pertumbuhan Tanaman
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1-7
|
Belum
ada respon pertumbuhan
|
|||||
8-14
|
Belum
ada respon pertumbuhan
|
|||||
15-21
|
Belum
ada respon pertumbuhan
|
|||||
22-28
|
Sayatan
mengeluarkan akar
|
|||||
29-35
|
Sayatan
mengeluarkan akar dan menembus pembungkus sabut kelapa
|
|||||
36-42
|
Hasil
cangkokan tumbuh dengan baik, sayatan bagian atas membesar, dan dipindah ke
media yang baru di lapangan.
|
Tabel
3. Hasil pengamatan pertumbuhan Tanaman (hias) Puring secara stek
Hari
Ke-
|
Banyak
Tanaman (hias)
|
Respon
Pertumbuhan Tanaman
|
1-7
|
5
|
Segar
dan daunnya berguguran
|
8-14
|
7
|
Segar
dan daunnya berguguran
|
15-21
|
20
|
Segar
dan Tumbuh tunas daun
|
Pembahasan
Dari praktikum yang
telah dilaksanakan didapatkan hasil dari setiap perbanyakan tanaman secara generatif
(biji) dan vegetatif (cangkok dan stek) yang bervariasi sesuai pertumbuhan
masing-masing tanaman.
Dalam pertumbuhan
tetdapat beberapa fase-fase yang dilalui reproduksi tanaman, yaitu fase seksual
dan aseksual, dimana fase siklus ditandai dengan pertumbuhan tanaman dari masa
embrio hingga mencapai masa embrio lagi.
Fase siklus seksual
diawali pada masa embrio, dimana terjadinya persatuan antar gamet jantan dan
gamet betina dan kemudian menghasilkan embrio (zigot), kemudian kemasa juvenil
yang diawali sejak perkecambahan biji sampaia menjelang berbunga (masa dewasa).
Pada masa ini terlihat pertumbuhan vegetatif yang sangat dominan. Masa juvenil
ini ditandai dengan beberapa perubahan bentuk tanaman seperti bentuk daun,
karakter pertumbuhan, dan kadang-kadang tumbuhnya duri. Tetapi tanaman pada
masa juvenil masih belum menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan.
Setelah masa juvenil lalu masuk ke masa transisi. Masa transisi menjembatani
batas antara masa juvenil dengan masa reproduksi atau masaa dewasa (adult
stage). Pada masa ini tanaman mengalami perubahan bentuk daun, kebiasaan
tumbuh, serta mulai menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan. Respon
tanaman terhadap perubahan dalam masa transisi ini berbeda, ada yang lambat dan
adapula yang cepat. Sekalipun masa pembungaan dikontrol oleh gen, tetapi masa
ini dapat pula dipengaruhi oleh perlakuan manipulasi lingkungan atau dengan
perlakuan tanaman khusus.
Fase siklus aseksual
diawali dengan pemisahan bagian tanaman nonbiji (vegetatif) dan selanjutnya
penanaman bahan tersebut. Awal fase ini dapat ditentukan dengan mudah, apakah
pada saat juvenil atau fase generatif, tergantung pada bahan tanaman tersebut,
contohnya saja cangkok dan stek pada praktikum ini. Kemudian fase juvenilnya
diakhiri dengan kelelahan tumbuh menjadi dorman selama beberapa saat dan
menginjak fase dewasa (generatif), adakalanya tanaman tidak mampu berbunga dan
bahkan berubah kembali ke fase juvenil. Hal ini mungkin dikarenakan oleh faktor
lingkungan yang tidak mendukung, misalnya saja suhu yang terlalu tinggi,
kelembaban rendah, dan sebagainya. Kejadian seperti ini biasa terjadi pada
tanaman buah-buahan (durian) dan sayuran kubis telur.
Pertumbuhan secara
generatif dari 5 biji durian memiliki hasil pertumbuhan yang sangat baik,
terutama untuk tanaman nomor 2, 3, dan 4. Tanaman-tanaman ini dapat tumbuh
berkembang membentuk tunas calon batang hingga akhirnya membentuk daun dan
menjadi bibit tanaman durian yang siap dipindahkan langsung ke lapangan. Sedangkan
pertumbuhan tanaman nomor 1 dan 5 tidak mampu berkembang dengan baik. Mungkin
ini dikarenakan pada saat penanaman tidak ada penyeleksian benih terlebih
dahulu oleh praktikan, selain itu Tanaman yang diperbanyak secara generatif
tidak selalu mempunyai sifat-sifat baik seperti yang dimiliki pohon induknya.
Pertumbuhan secara
vegetatif dengan metode cangkok dari 5 tanaman (pohon) Kupu-kupu memiliki hasil
pertumbuhan yanga sangat baik. Dibuktikan dengan adanya pertumbuhan akar pada
sayatan tanaman yang selama ± 3-4 minggu dan mengalami pembesaran pada bagian
atas sayatan, ini mungkin dikarena setelah pengkerikan maka floem pada kulit
cabang terbuang dan menyebabkan zat-zat makanan seperti karbohidrat, rizokalin,
dan auxin tidak akan mengalir kebawah sayatan, sehingga zat itu mengumpul
dibagian atas sayatan saja. Kemudian dengan adanya auxin dan karbohidrat maka
akan menstimulir timbulnya akar pada batang di bagian atas sayatan.
Pertumbuahan secara
vegetatif dengan metode stek pada 20 tanaman Puring memiliki hasil pertumbuhan
yang sangat baik. Pada minggu pertama hanya 5-7 tanaman yang terlihat masih
segar dan daunnya berguguran, tetapi memasuki minggu ketiga semua tanaman
tumbuh dengan baik, daunnya berguguran, dan mulai menumbuhkan tunas daun baru.
Pada praktikum ini
banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan tanaman,
diantaranya adalah faktor dari tanaman itu sendiri, faktor lingkungan yang
berupa media tumbuh dan iklim, serta faktor pelaksanaan yang berupa perlakuan
dan metode perbanyakan.
BAB
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini, yaitu :
1. Kegunaan
perbanyakan tanaman adalah untuk penyediaan tanaman, mengkonservasi sumber
genetic, dan menetapkan keturunan tanaman.
2. Perbanyakan
tanaman dapat dilaksanakan dengan cara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif).
3. Perbanyakan
tanaman secara seksual dengan menggunakan bahan dari biji-bijian, sedangkan
aseksual menggunakan bahan selain biji. Contohnya daun, batang, akar, umbi dan
stolon.
4. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif lebih cepat dari pada perbanyakan tanaman secara
generatif.
Saran
Saran yang diajukan
dari praktikan adalah sebaiknya keratan yang dibuat pada saat pencangkokan
sebaiknya diberi ZPT dan pada saat
pengstekan tanaman diberi sungkupan, karena ada beberapa tanaman yang sulit
tumbuh dan tidak mudah beradaptasi dengan media yang baru. Contohnya mangga
(cangkok) dan melati (stek).
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari, S. 1995
Hortikultura (Aspek Budidaya). Penerbit Universitas Indonesia.
Hartmann, H. T. Dan D. E. Kester.
1978. Plant Propogation (Principles and Practices). Prentice Hall of India
Privates Limited. New Delhi.
Widarto, L. 1995. Perbanyakan
Tananaman (Dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi, dan Kultur Jaringan).
Penerbit Kanisius
Wudianto, R. 1987. Membuat Stek,
Cangkok, dan Okulasi. Penerbit Penebar Swadaya.