Perbanyakan Tanaman


BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman budidaya yang ada sekarang ini berasal dari hasil seleksi manusia yaitu dengan memilih jenis yang dapat dimanfaatkan terutama untuk dimakan dan tidak membahayakan dalam kesehatan. Jenis tanaman yang telah terseleksi tersebut (jenis unggul) akan banyak berfaedah kalau disertai dengan metode yang tepat untuk memperbanyaknya. Metode perbanyakan yang kurang benar akan menghasilkan generasi baru dengan potensi hasil tidak seperti yang diharapkan oleh penanamannya. Perbanyakan tanaman bukan hanya mencakup penyediaan tanaman saja, namun juga upaya untuk mengkonversasi sumber genetik serta mendapatkan keturunan tanaman dengan potensi produksi yang tinggi.
            Perbanyakan tanaman berarti pengulangan dan penggandaan jenis tanaman, sehingga terciptanya generasi baru. Secara eksplisit mengandung makna agar suatu tanaman terhindar dari kepunahan atau mencegah terjadinya erosi genetik. Punahnya suatu individu menyebabkan munculnya kekuatan baru yang mungkin sukar dicari penangkalnya. Kejadian ini sering terlihat pada letupan populasi hama dan penyakit tanaman. Selain itu karena adanya penebangan hutan dan penambangan hasil bumi yang mengakibatkan semakin berkurangnya ragam jenis tumbuhan. Kelestarian ragam genetik tanaman harus dijaga dari kepunahan. Keragaman genetik merupakan modal dasar dalam penciptaan jenis tanaman baru yang mempunyai nilai lebih, misalnya lebih toleran terhadap lahan kering, lahan masam, lahan alkali, jenis lahan yang bermasalah, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta produksi tinggi dan lain-lain.
            Setiap mahluk hidup baik tumbuhan ataupun hewan di dunia ini mempunyai kecendrungan untuk melangsungkan keturunannya agar tidak punah dengan cara memperbanyak diri. Secara alamiah sebenarnya tanaman dapat memperbanyak diri tanpa campur tangan manusia, seperti biji buah-buahan yang jatuh ketanah dapat tumbuh dengan sendirinya, atau tunas-tunah umbi dari pohon pisang dan jenis umbi-umbian lain dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Spora yang lepas dari berbagai tanaman paku-pakuan dapat pula tumbuh jika kondisi lingkungannya cocok. Namun, berkat kemajuan di bidang teknologi pertanian, kini telah ditemukan berbagai cara perbanyakan tanaman, mulai cara yang paling sederhanaseperti pengambilan dan pemilihan benih kemudian ditebarkan menjadi tanaman-tanaman baru hingga cara perbanyakan tanaman yang rumit.
            Secara garis besar perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada bahan yang digunakan untuk perbanyakan. Perbanyakan tumbuhan secara generatif menggunakan biji sebagai bahan tanam. Biji dalam hal ini adalah benih, yaitu biji yang telah dipilih untuk digunakan sebagai bahan tanam selanjutnya. Sedangkan perbanyakan tumbuhan secara vegetatif menggunakan bahan tanaman selain biji. Pada umumnya bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Pemilihan dua cara ini (seksual dan aseksual) sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu tersedianya bahan tanaman, sifat tanaman, ketersediaan tanaman terampil, alat dan sarana, serta tujuan perbanyakannya.
            Tujuan dilaksanakannya praktikum perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat mengetahui aplikasi tentang perbanyakan tanaman pada tanaman buah-buahan, tanaman hias, ataupun tanaman perkebunan, serta cara pelestarian flasma nutfah tanaman asli Kalimantan selatan.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara perbanyakan tanaman sangat beragam. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Hal ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan kerja, dan sebagainya.
            Perbanyakan generatif yang digunakan untuk perbanyakan adalah biji. Biji-biji ini biasanya sengaja disemaikan untuk menjadikan tanaman baru. Namun yang dilakukan bisa juga tanpa sengaja. Biji-biji yang dibuang begitu saja, oleh alam ditumbuhkan untuk menjadi tanaman baru. Tentu saja tanaman baru “hasil buangan” ini bisa jadi bibit. Dengan catatan tanaman itu diketahui dengan persis jenis tanaman itu dengan segala sifat-sifat kelebihannya. Ini untuk menghindarkan agar kita tidak kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah misalnya. Tanaman yang telah ditanam dan pelihara selama bertahun-tahun ini ternyata rasa buahnya sangat masam. Untuk menghindari kejadian seperti inilah kita perlu tahu persis jenis tanaman itu. Contohnya saja perbanyakan tanaman biji durian. Biji durian ditumbuhkan dalam polybag hingga menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
             Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, bisa dilakukan dengan cara paling sederhana seperti stek, cangkok, merunduk, dan lain-lain, hingga cara yang paling rumit, misalnya perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan. Tetapi perbanyakan tanaman secara kultur jaringan ini memerlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi, selain itu harus dilakukan di laboratorium dalam keadaan suci hama (steril). Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkok atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara massal sebaiknya dilakukan dengan stek. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil. Terlebih jika dilakukan oleh para hobiis atau penangkar pemula.
Keunggulan cangkok adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu, tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat pohon induknya. Namun, tanaman hasil cangkok memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak kompak, serta produktivitas buahnya terbatas. Selain itu, tanaman hasil cangkok tidak memiliki sistem perakaran yang kuat karena tidak memiliki akar tunggang, dan serabut-serabut akarnya juga tidak rimbun. Akibatnya tanaman mudah roboh saat tertiup angin kencang, dan tidak kuat menghadapi kekeringan pada musim kemarau. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan yang batangnya berkayu seperti mangga, jeruk, jambu biji, jambu air, belimbing manis, lengkeng serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar, dan kemuning. Sementara itu, dengan cara yang berbeda, beberapa tanaman tidak berkayu seperti salak, pepaya dan beberapa jenis tanaman hias seperti dieffenbachia dan aglonema juga dapat diperbanyak dengan cangkok.
Perbanyakan dengan stek batang adalah metode yang paling umum digunakan untuk menyebarkan banyak tanaman hias berkayu. Batang stek semak favorit banyak cukup mudah untuk akar, contohnya Puring. Sebagai tanaman hias yang punya potensi dan penggemar yang luas ternyata merupakan jenis tanaman hias yang bisa diperbanyak dengan mudah. Dari batang keras yang dimiliki, metode stek dan cangkok menjadi yang paling mudah untuk dilakukan dalam perbanyakan tanaman hias ini. Selain punya waktu yang relatif singkat hasil perbanyakan juga 100 % sama dengan indukan.
Tanaman hias dengan batang keras seperti halnya puring memang bisa tumbuh dengan mengandalkan penyerbukan alami. Namun butuh waktu yang cukup lama dan juga biji yang dihasilkan tidak bisa stabil kadang banyak dan sedikit. Dan yang utama hasil anakan dari biji punya kemungkinan besar tidak sama dengan indukan  Dari model penyerbukan normal yang butuh waktu lebih lama lama ini sekarang banyak ditinggalkan oleh petani dan juga pengusaha tanaman hias. Pasalnya semakin lama perbanyakan tentu semakin lama keuntungan yang bisa diambil. Jadi cara tercepat dan teraman yang akan diambil dengan model cangkok maupun stek.
Cara kerja stek maupun cangkok sebenarnya adalah menumbuhkan akar sebagai serapan nutrisi pada bagian yang diinginkan. Metode ini hampir semua tanaman hias yang mempunyai batang keras atau berkayu bisa melakukannya namun dengan karakter yang berbeda.
Agus Choliq pengusaha tanaman hias Pemilik Krokot Nursery yang mengkoleksi puring mengakui menggunakan metode stek dan cangkok dalam melakukan perbanyakan tanamannya. Sedangkan untuk penyerbukan alami dirinya melakukan hanya untuk proses penyilangan. Harapannya bisa menghasilkan satu jenis baru yang baik. Dengan naiknya pamor puring saat ini otomatis proses perbanyakan harus lebih cepat dan evisien sebagai konsekuensi permintaan pasar yang meningkat. Puring yang mempunyai batang keras mempunyai karakter yang berbeda dengan tanaman hias lainnya dengan karakter batang lunak. Bila di sejajarkan maka perbanyakan puring sama dengan tanaman yang sering kita lihat di sekitar kita dan yang paling mudah di dapatkan adalah tanaman buah.
Biasanya, batang stek spesies pohon yang lebih sulit untuk menjadi akar. Namun, stek dari pohon seperti Myrtles kain sutera, beberapa elm, dan Birches bisa berakar.



BAB III. METODE
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum perbanyakan tanaman, yaitu :
1.      Perbanyakan secara Generatif
a.       Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tanah, Pupuk kandang, Sekam Padi, Biji Durian, dan Polybag.
b.      Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Cangkul.
2.      Perbanyakan secara Vegetatif (Cangkok dan Stek)
a.       Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum secara cangkok adalah Sabut kelapa, Tanah, Sekam Padi, dan Tanaman (pohon) kupu-kupu.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum secara stek adalah Tanah, Kompos, Sekam padi, Polybag, dan Tanaman (Hias) Puring.
b.      Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum cangkok adalah Pisau/cutter, Tali, dan penggaris.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum stek adalah Gunting pangkas, dan Cangkul.


Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Taman Gedung Serbaguna Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Pertanian UNLAM Banjarbaru, setiap hari senin tanggal 7 Maret 2011 sampai 19 Mei 2011 pukul 16.00-17.30 WITA.
            Praktikum perbanyakan secara generatif (biji) pada hari senin tanggal 21 Maret 2011, Praktikum perbanyakan secara vegetatif cangkok pada hari senin tnggal 31 Maret 2011, dan Praktikum perbanyakan tanaman secara stek pada hari senin tanggal 25 April 20011.
Posedur Kerja
1.      Perbanyakan secara Generatif
·         Siapkan alat dan bahan.
·         Siapkan media tanam dengan menggunakan Tanah, Pupuk kandang, dan Sekam padi dalam perbandingan 2:1:2, kemudian homogenkan dengan merata dan masukkan kedalam polybag hingga penuh (5 buah polybag).
·         Masukkan Biji durian kedalam polybag yang telah terisi media.
·         Lakukan perawatan setiap hari, seperti penyiraman dan penyiangan media dari gulma.
·         Amati dan catat pertumbuhan biji setiap minggu.
2.      Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif
a.       Cangkok
·         Siapkan Alat dan Bahan
·         Pilih batang atau cabang pada tanaman (pohon) Kupu-kupu yang baik digunakan untuk pencangkokan.
·         Buat keratan sebanyak 2 buah (atas dan bawah) dengan jarak ± 5 cm pada cabang pohon yang sudah dipilih.
·         Lakukan pengangkatan kulit cabang diantara 2 keratan, sehingga terlihat kambiumnya. Kemudian kerik kambium secara perlahan-lahan menggunakan pisau hingga cabang yang sudah dikerik kering. Pastikan kambium benar-benar kering, karena kambium dapat menghambat pertumbuhan akar. Diamkan hingga  ± 1 minggu.
·         Setelah ± 1 minggu, sayatan tadi ditutup dengan tanah dan dibungkus dengan sabut kelapa, lalu ikat setiap ujungnya dengan tali. Biarkan hingga hasil cangkokan mengeluarkan akar.
·         Amati dan catat  pertumbuhan cangkokan setiap minggu.
b.      Stek
·         Siapkan Alat dan Bahan
·         Siapkan media tanam dengan menggunakan Tanah, kompos, dan Sekam padi dalam perbandingan 2:1:2, kemudian homogenkan dengan merata dan masukkan kedalam polybag hingga penuh (20 buah polybag)
·         Pilih batang atau cabang tanaman Puring yang baik digunakan untuk stek (minimal pemotongan menghasilkan 3 mata tunas)
·         Potong bagian batang atau cabang yg sudah dipilih secara miring, dan pangkas sebagian daunnya.
·         Cucu bersih di air yang mengalir.
·         Tanam batang atau cabang yang sudah dipotong di media yang telah disediakan.
·         Lakukan perawatan setiap hari, seperti penyiraman dan penyiangan media dari gulma.
·         Amati dan catat pertumbuhan stek setiap minggu.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Biji Durian
No.
Hari Ke-
Tinggi Tanaman (cm)
Respon Pertumbuhan Tanaman
1
1-7
-
Tidak ada pertumbuhan

8-14
-
Biji tanaman membelah dan hampir mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)

15-21
-
Biji tanaman mengeluarkan tunas

22-28
3
Tunas tumbuh membesar keatas permukaan tanah

29-35
7
Tunas tumbuh membesar dan semakin tinggi

36-42
10
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman

42-49
13
Batang tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun
2
1-7
3
Biji tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)

8-14
5
Tunas tumbuh membesar keatas permukaan tanah

15-21
10
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanman

22-28
15
Batang tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun

29-35
18
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik

42-49
24
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik
3
1-7
3
Biji tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)

8-14
5
Tunas tumbuh membesar keatas permukaan tanah

15-21
8
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman

22-28
10
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman

29-35
14
Batang tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun

36-42
18
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik

42-49
20
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik
4
1-7
3
Biji tanaman membelah dan mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)

8-14
5
Tunas tumbuh membesar keatas permukaan tanah

15-21
8
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman

22-28
10
Tunas tumbuh semakin tinggi dan membentuk batang tanaman

29-35
15
Batang tanaman tumbuh baik dan mengeluarkan tunas daun

36-42
18
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik

42-49
21
Pertumbuhan batang dan daun tanaman durian  tumbuh baik
5
1-7
-
Tidak ada pertumbuhan

8-14
-
Biji tanaman membelah dan hampir mengeluarkan tunas (calon batang dan akar)

15-21
2
Biji tanaman mengeluarkan tunas

22-28
3
Tunas tumbuh membesar keatas permukaan tanah

29-35
3
Pertumbuhan tunas tidak baik

36-42
5
Pertumbuhan tunas tidak baik

42-49
6
Pertumbuhan tunas tidak baik

Tabel 2. Hasil Pengamatan pertumbuhan Tanaman (pohon) Kupu-kupu secara cangkok
Hari Ke-
 Tanaman (Pohon)
Respon Pertumbuhan Tanaman
1
2
3
4
5
1-7





Belum ada respon pertumbuhan
8-14





Belum ada respon pertumbuhan
15-21





Belum ada respon pertumbuhan
22-28





Sayatan mengeluarkan akar
29-35





Sayatan mengeluarkan akar dan menembus pembungkus sabut kelapa
36-42





Hasil cangkokan tumbuh dengan baik, sayatan bagian atas membesar, dan dipindah ke media yang baru di lapangan.

Tabel 3. Hasil pengamatan pertumbuhan Tanaman (hias) Puring secara stek
Hari Ke-
Banyak Tanaman (hias)
Respon Pertumbuhan Tanaman
1-7
5
Segar dan daunnya berguguran
8-14
7
Segar dan daunnya berguguran
15-21
20
Segar dan Tumbuh tunas daun




Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil dari setiap perbanyakan tanaman secara generatif (biji) dan vegetatif (cangkok dan stek) yang bervariasi sesuai pertumbuhan masing-masing tanaman.
Dalam pertumbuhan tetdapat beberapa fase-fase yang dilalui reproduksi tanaman, yaitu fase seksual dan aseksual, dimana fase siklus ditandai dengan pertumbuhan tanaman dari masa embrio hingga mencapai masa embrio lagi.
Fase siklus seksual diawali pada masa embrio, dimana terjadinya persatuan antar gamet jantan dan gamet betina dan kemudian menghasilkan embrio (zigot), kemudian kemasa juvenil yang diawali sejak perkecambahan biji sampaia menjelang berbunga (masa dewasa). Pada masa ini terlihat pertumbuhan vegetatif yang sangat dominan. Masa juvenil ini ditandai dengan beberapa perubahan bentuk tanaman seperti bentuk daun, karakter pertumbuhan, dan kadang-kadang tumbuhnya duri. Tetapi tanaman pada masa juvenil masih belum menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan. Setelah masa juvenil lalu masuk ke masa transisi. Masa transisi menjembatani batas antara masa juvenil dengan masa reproduksi atau masaa dewasa (adult stage). Pada masa ini tanaman mengalami perubahan bentuk daun, kebiasaan tumbuh, serta mulai menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan. Respon tanaman terhadap perubahan dalam masa transisi ini berbeda, ada yang lambat dan adapula yang cepat. Sekalipun masa pembungaan dikontrol oleh gen, tetapi masa ini dapat pula dipengaruhi oleh perlakuan manipulasi lingkungan atau dengan perlakuan tanaman khusus.
Fase siklus aseksual diawali dengan pemisahan bagian tanaman nonbiji (vegetatif) dan selanjutnya penanaman bahan tersebut. Awal fase ini dapat ditentukan dengan mudah, apakah pada saat juvenil atau fase generatif, tergantung pada bahan tanaman tersebut, contohnya saja cangkok dan stek pada praktikum ini. Kemudian fase juvenilnya diakhiri dengan kelelahan tumbuh menjadi dorman selama beberapa saat dan menginjak fase dewasa (generatif), adakalanya tanaman tidak mampu berbunga dan bahkan berubah kembali ke fase juvenil. Hal ini mungkin dikarenakan oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung, misalnya saja suhu yang terlalu tinggi, kelembaban rendah, dan sebagainya. Kejadian seperti ini biasa terjadi pada tanaman buah-buahan (durian) dan sayuran kubis telur.
Pertumbuhan secara generatif dari 5 biji durian memiliki hasil pertumbuhan yang sangat baik, terutama untuk tanaman nomor 2, 3, dan 4. Tanaman-tanaman ini dapat tumbuh berkembang membentuk tunas calon batang hingga akhirnya membentuk daun dan menjadi bibit tanaman durian yang siap dipindahkan langsung ke lapangan. Sedangkan pertumbuhan tanaman nomor 1 dan 5 tidak mampu berkembang dengan baik. Mungkin ini dikarenakan pada saat penanaman tidak ada penyeleksian benih terlebih dahulu oleh praktikan, selain itu Tanaman yang diperbanyak secara generatif tidak selalu mempunyai sifat-sifat baik seperti yang dimiliki pohon induknya.
Pertumbuhan secara vegetatif dengan metode cangkok dari 5 tanaman (pohon) Kupu-kupu memiliki hasil pertumbuhan yanga sangat baik. Dibuktikan dengan adanya pertumbuhan akar pada sayatan tanaman yang selama ± 3-4 minggu dan mengalami pembesaran pada bagian atas sayatan, ini mungkin dikarena setelah pengkerikan maka floem pada kulit cabang terbuang dan menyebabkan zat-zat makanan seperti karbohidrat, rizokalin, dan auxin tidak akan mengalir kebawah sayatan, sehingga zat itu mengumpul dibagian atas sayatan saja. Kemudian dengan adanya auxin dan karbohidrat maka akan menstimulir timbulnya akar pada batang di bagian atas sayatan.
Pertumbuahan secara vegetatif dengan metode stek pada 20 tanaman Puring memiliki hasil pertumbuhan yang sangat baik. Pada minggu pertama hanya 5-7 tanaman yang terlihat masih segar dan daunnya berguguran, tetapi memasuki minggu ketiga semua tanaman tumbuh dengan baik, daunnya berguguran, dan mulai menumbuhkan tunas  daun baru.
Pada praktikum ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah faktor dari tanaman itu sendiri, faktor lingkungan yang berupa media tumbuh dan iklim, serta faktor pelaksanaan yang berupa perlakuan dan metode perbanyakan.



BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
                Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini, yaitu :
1.      Kegunaan perbanyakan tanaman adalah untuk penyediaan tanaman, mengkonservasi sumber genetic, dan menetapkan keturunan tanaman.
2.      Perbanyakan tanaman dapat dilaksanakan dengan cara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
3.      Perbanyakan tanaman secara seksual dengan menggunakan bahan dari biji-bijian, sedangkan aseksual menggunakan bahan selain biji. Contohnya daun, batang, akar, umbi dan stolon.
4.      Perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih cepat dari pada perbanyakan tanaman secara generatif.
Saran
Saran yang diajukan dari praktikan adalah sebaiknya keratan yang dibuat pada saat pencangkokan sebaiknya diberi ZPT dan  pada saat pengstekan tanaman diberi sungkupan, karena ada beberapa tanaman yang sulit tumbuh dan tidak mudah beradaptasi dengan media yang baru. Contohnya mangga (cangkok) dan melati (stek).


DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995 Hortikultura (Aspek Budidaya). Penerbit Universitas Indonesia.
Hartmann, H. T. Dan D. E. Kester. 1978. Plant Propogation (Principles and Practices). Prentice Hall of India Privates Limited. New Delhi.
Widarto, L. 1995. Perbanyakan Tananaman (Dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi, dan Kultur Jaringan). Penerbit Kanisius
Wudianto, R. 1987. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penerbit Penebar Swadaya.

Leave a Reply

About me

Foto saya
Just a simple girl, tidak cukup beberapa huruf disini untuk menggambarkan siapa saya | anak bungsu dari Keluarga bugis yang tersesat di Kalimantan | ♥ Buku, Laut, Cg, Sheila On Seven, Hijau, Jalanjalan, dan Makan Enak | Urban Farming, and Go Green!
Diberdayakan oleh Blogger.